Senin

Mengalah




Lebih baik diam, daripada terus berbicara namun
selalu terasa salah di mata mereka - mereka yang selalu menganggap rendah.

Biarkanlah mereka yang berbicara dan selalu maju ke depan,
biarlah saya yang mengangguk pilu mengikuti di belakang.

Jikalau saya yang memang di ciptakan hanya untuk menahan
rasa sakit dan mereguk rasa benci serta murka dari mereka,
maka biarlah... biarkan saya nikmati sendiri,
 di belakang, tertinggal dan memungut sisa - sisa
kebaikan hati mereka yang merasa lebih tinggi.




2 oktober 2012, GRO


Tuhan dan Sahabat



Sejalan dengan waktu, bersama luka yang masih menitikkan air kesedihan, 
raganya yang kosong itu terus merangkak maju menuju titik cahaya terang
yang kian terasa jauh di himpit pekatnya kegelapan...

Tak jarang wajah - wajah ceria yang coba mengajaknya tertawa dan berkata
"Belum cukup kawan, kau harus berlari untuk dapat menjangkau sinar itu,
tak usah lihat lagi belakang".

Lalu dia hanya bisa terdiam dan tersenyum lirih, betapa bangganya memiliki sahabat seperti mereka.
Namun ingat, sahabat tak selalu ada untuk kita, mereka hanyalah wadah - wadah kosong yang mau
kita isi dengan curahan hati dan berkata "Everything's gonna be alright, my friend...", bukan untuk ikut menanggung rasa sakit yang di alaminya.

Tambahlah raga kosong yang hatinya sudah mati itu kembali terisak dan terdiam tak lagi melihat menuju cahaya yang sudah jauh hilang di kegelapan yang berujung hampa.

Sedikit kata yang keluar dari bibirnya yang kering dan terdengar sayup sambil menyender dinding yang penuh dengan duri itu : "Aku tahu TUHAN mendengar dan melihat, Seburuk apapun aku Umatnya, Tuhan pasti akan menulis kisah baru untukku melalui kertas dan penaNYA"

2 oktober 2012, GRO