Minggu

Film Luar Termasuk Hollywood Resmi Ditarik dari Perfilman Indonesia, Pengusaha Bioskop Gigit Jari.


Sebagai salah satu exhibitor atau pemasang film Blitz Megaplex akan terkena efek samping dari penghentian pengedaran film luar dalam hal ini Hollywood ke Indonesia. Rencana produsen film Hollywood berhenti mengedarkan  film ke Indonesia resmi diberitakan. Hal ini akan memberikan dampak negatif yang luar biasa pada industri film nusantara. Dian Sunardi selaku Head of Marketing Blitz Megaplex, menyatakan jika pemberhentian ini benar-benar terjadi akan memberi efek buruk pada perfilman nasional.
Hal itu ternyata benar-benar terjadi, setelah begitu banyak diperbincangkan dan diberitakan diberbagai media. Hollywood mengancam akan menghentikan pasokan film ke Indonesia karena  mereka tidak setuju dengan bea masuk retribusi yang ditetapkan oleh pemerintah. Padahal pada kenyataannya film Hollywood menguasai industri perfilm Indonesia hingga 50 persen.
Summer Blockbuster yang menjadi musim liburan dimana film-film Hollywood bisanya lebih banyak beredar. Summer Blockbuster jatuh pada  bulan Juni, Juli, Desember hingga tahun baru. Berita buruk yang dikumandangkan ini langsung membuat gejolak di tanah air. Tidak hanya penikmat film tetapi juga setiap persona yang berkecimpung di dunia perfilman.
Thomas Sugijata sebagai Direktur Jenderal Bea Cukai, menyampaikan kebijakan mengenai aturan bea masuk ditentukan oleh Tim Tarif di Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan. Dirjen BKF, Bambang Brodjonegoro menyebutkan bahwa pihak bea cukai akan bertemu dengan ketua Asosiasi Importir Film, untuk menjelaskan pengertian bea masuk film tersebut. Diharapkan akan mendapat kesepakatan yang tidak akan merugikan salah satu pihak dan tercapai saling pengertian antara importir dan pemerintah.
Setelah sebelumnya dianggap hana sebagai spekulasi akhirnya Motion Pictures Asscociation (MPA), organisasi yang mewakili perusahaan film asing di Indonesia, resmi menarik filmnya dari seluruh bioskop di Tanah Air. Langkah tersebut diambil sebagai respons kebijakan bea cukai Indonesia yang memberlakukan bea masuk atas hak distribusi film impor sejak Kamis, 17 Februari 2011.
Noorca M Masardi sebagai juru bicara 21 Cineplex membenarkan bahwa MPA mewakili sejumlah perusahan film asing di Indonesia sudah resmi menarik semua film mereka. Ternyata yang ditarik tidak hanya film baru, tapi juga yang sudah beredar. Meski sebelumnya pihak MPA sempat menyatakan keberatannya atas kebijakan bea masuk itu. Namun, keberatan MPA yang disampaikan tidak mendapat respon sama sekali. Hingga akhirnya mulai Jumat, 18 Februari 2011 tak ada lagi film asing di bioskop Indonesia.
Keputusan yang diambil MPA meninggalkan Indonesia bagaikan tsunami yang meluluhlantakkan masa depan perfilman Indonesia terutama bagi para pengusaha bioskop. Karena pada dasarnya MPA merupakan gabungan dari perusahaan film terbesar di Amerika yang filmnya didistribusikan hampir ke seluruh dunia. Walt Disney Company, Sony Pictures, Paramount Pictures, 20th Century Fox, Universal Studios, Warner Bros merupakan salah satu perusahaan film yang tergabung dalam MPA.
Buat penikmat film di Nusantara kini hanya bisa menikmati karya anak-anak bangsa dalam hal film. Tidak ada lagi mata yang dapat menyaksikan film luar termasuk Hollywood. Hal ini dikabarkan dapat terjadi disebabkan setiap film impor yang masuk dikenakan bea masuk atas barang sebesar 23,75 % dari nilai barang. Tiap pemilik film membayar pajak penghasilan sebesar 15% dan pemilik film membayar pajak tontonan kepada pemerintah daerah sebesar 10 sampai 15%. Jadi akar permasalahan tidak hanya pada pajak, tetapi bea distribusi. hak seperti ini memang tidak ada di dunia.
Kita lihat saja perkembangannya, apakah akan terjadi perubahan atas hal ini. Dibalik semua ini memberi lampu hijau buat para insan film di Indonesia untuk berkarya lebih baik lagi. Karena mereka akan merajai negeri ini, tanpa tersaingi oleh dunia luar. Tetapi akan dituntut karya yang lebih baik dari karya luar negeri atau paling tidak menyamai levelnya. Karena kalau tidak meski akan merajai bumi pertiwi ni dengan  film-film karya anak negeri. Jika tidak dapat menghasilkan karya yang dapat memberi kepuasan kepada para konsumen bukan tidak mungkin, dunia perfilm Indonesia akan mati suri. Bahkan memungkinkan bioskop akan sepi pengunjung dan setiap individu yang meraup keuntungan di industri ini akan bangkut.
Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar